Sabtu, 18 Februari 2012

Learning Issue: Merencanakan Perkembangan Diri


MERENCANAKAN PERKEMBANGAN DIRI


Manusia dikaruniai oleh Allah kemampuan bermimpi dan melupakan.
Suatu hal yang hampir setiap orang sulit membedakannya tentang dirinya sendiri:


Diri yang ada dan Diri yang Diingikan
 


·         Setiap orang memiliki fisik,
·         Setiap orang memiliki bentuk diri, karakter, dan jiwa ideal yang diimpikan
·         Setiap orang memiliki potensi untuk berubah
Dari tiga kalimat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa dengan memperluas wilayah obsesi dan impian ke depannya akan memungkinkan kita mencapai mimpi-mimpi tersebut. Oleh karena itu, adalah penting melakukan pelatihan bermimpi.
Boleh jadi, ketika mengenal diri kita, kita kecewa dan tidak puas dengan diri kita. “kenapa ya, saya tidak pintar? Kenapa ya, saya punya karakter seperti ini?” Bukan hal ini yang diharapkan. Hal yang perlu kita miliki adalah dorongan ke depan yang selalu ada, cita-cita yang selalu ada, dan perencanaan seimbang untuk menuju ke  sana.
Pelajaran bermimpi..
Mimpi itu sangatlah penting. Mimpi itu seperti sebuah saluran sungai. Kitalah yang membuat saluran sungai tersebut, air yang mengalir di sungai itu adalah potensi kita. Dari analogi tersebut, seperti apakah yang disebut dengan “sang pemimpi”, “harimau yang mager”, dan “harimau yang terbangun dari mimpinya karena ia yakin ia bisa merealisasikan mimpinya”? Tipe-tipe orang berbeda-beda, semoga Allah SWT selalu memberi kita jalan pikiran yang terbaik.
Mengkhayal dapat membantu proses berpikir secara rasional apabila dilakukan dengan menciptakan ruang yang belum terlihat dalam kenyataan. Mengkhayal selalu melampauin batas waktu dan mendahului waktu. Kita menciptakan ruang-ruang dari segala kemungkinan.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperharikan apa yang akan dikerjakannya untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr, 59:1)
Dari ayat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ekspresi paling kuat dari bertakwa adalah merencanakan pengembangan diri ke arah hal-hal yang lebih baik. Merencanakan pengembangan diri berarti merencanakan bangunan mewah akhirat yang akan kita tinggali nanti. Oleh karena itu, pada akhir hayat, dikatakan bahwa Allah mengetahui apa yang kita kerjakan. Kita semua berbuat dalam lingkar pengetahuan Allah SWT.



Manfaat melakukan perencanaan pengembangan diri:
1.        Memiliki standar evaluasi perjalanan hidup
2.        Memiliki fokus dan keterarahan
3.        Dapat menerapkan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan optimalisasi
4.        Senantiasa mengantisipasi kematian
5.        Mendapat pahala niat
Contoh paling besar sepanjang sejarah umat manusia adalah perencanaan hidup sang uswatun hasanah, Baginda besar Muhammad SAW, yang sudah direncanakan matang-matang oleh Allah SWT sebagai obyek untuk diteladani oleh umat manusia.
Sekadar flashback masa-masa hidup Rasulullah itu memiliki makna yang sangat berarti di setiap jenjangnya:

1.        Usia 0-4 tahun: hidup di padang pasir, yang pertama kali diperolehnya adalah ASI à mempengaruhi pertumbuhan otak manusia. Dimana 32% otak manusia akan terbentuk setelah 18 bulan kelahiran. Asam lemak yang terdapat di dalam ASI berperan penting dalam hal ini. Serta ASI juga memberikan kekebalan tubuh kepada beliau.
2.        Secara psikologis, Rasulullah memiliki pikiran yang lapang karena dekat dengan alam, yaitu dengan hidup di padang pasir.
3.        Bahasa Arab yang fasih terdapat di padang pasir, bukan di kota. Kemampuan berbahasa juga akan menunjukkan identitas intelektualnya.
4.        Usia 4 tahun: dikeluarkan unsur syaitan dari dalam dada beliau yang dibelah yang memperkuat pengalaman spiritualnya.
5.        Hidup 2 tahun bersama ibunya selama dua tahun yang memberikan kesempatan lebih luas dalam hal kasih sayang.
6.        Rasulullah sejak kecil sudah mendapat pengalaman berpolitisi karena sudah sering diajak ikut rapat politik bersama kakeknya, Abdul Muthalib.
7.        Sudah belajar mencari nafkah bersama pamannya.
8.        Perjalanan panjang ke Syiria, membentuk pematangan pengalaman psikologis beliau.
9.        Usia 15 tahun, ketika fisiknya sedang tumbuh kuat, beliau terlibat peperangan selama 4 tahun.
10.     20 tahun, pengalaman diplomatik dan manajer.
11.     25 tahun, ketika menikah beliau sudah mendapatkan pengalaman sebagai suami.
12.     25-35 tahun, pengalaman sebagai kepala keluarga, pemuka masyarakat, pedagang, orang kaya, dan obyek sosial. Rasulullah juga pernah menjadi penengah hebat saat banyak kabilah yang bertengkar dalam perebutan peletakan batu Hajar Aswad.
13.     37 tahun, memiliki pandangan global tentang masyarakat, tapi belum memiliki solusi yang tepat, sehingga beliau melakukan khalwat 3 tahun di Gua Hira. Dimana disanalah beliau diturunkan wahyu oleh Allah SWT yang disampaikan melalui malaikat Jibril AS.
Turunnya wahyu Allah yang berbunyi iqra’ sungguh bertepatan dengan kondisi kejiwaan beliau.
Di Makkah beliau juga melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi terlebih dahulu, baru setelah dirasa keadaannya sudah tepat, beliau melakukan dakwah terang-terangan, dan melakukan persiapan hijrah selama 3 tahun, akhirnya beliau melakukan hijrah bersama para pengikutnya.
Ketika di Madinah, beliau melakukan tiga hal utama yaitu:
1.        Konsolidasi dan peneguhan eksistensi masyarakat Islam yang baru berdiri selama satu tahun, seperti: membangun Madinah, membangun central of community yaitu masjid, mempersaudarakan Anshar dan Muhajirin, membuat perjanjian dengan Yahudi, membangun militer serta mulai merencanakan pasar.
2.        Menciptakan dan mempertahankan stabilitas Negara dari invasi militer selama 5 tahun tetap peduli terhadap keluarga, sahabat, dan masyarakat.
3.        Melakukan jihad ekspansi dan perluasan wilayah Islam selama 4 tahun.
Rasulullah  menyebutkan kata kuncinya, “Allah-lah yang mendidikku, maka ia mendidikku sebaik-baiknya.”
Perencanaa perkembangan diri kita tentunya akan kita ciptakan sendiri dan tentu Allah akan membantu kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar